Karena Aku Juga Wanita Yang Tak Punya Apa-Apa..


Karena aku juga wanita. Maka dari itu aku menulis ini.
Karena aku juga wanita. Maka aku tahu rasanya menyimpan rasa sakit dengan ritme nada yang tak beraturan.
Karena aku hanya wanita yang secara tak langsung ikut tersentak dengan kisah cinta wanita lain.
Dan secara tidak langsung pun itu aku juga merasa tersakiti.
Bagaimana bila wanita itu adalah aku?
Bagaimana bila pria yang ku cintai adalah sosok pria seperti yang juga di cintai wanita itu?
Lantas bagaimana bila aku yang di pilih pria itu?
Dan bagaimana akhirnya bila akupun juga yang tidak di setujui oleh kedua orang tuanya?
Kenapa kasta masih sangat menjadi sekat yang paling kuat di dunia yang serba modern ini?
Apa perbedaan yang sangat tinggi bagai di kisah dongeng kerjaan masih berlaku di dunia yang serba instan kini?
Andai saja aku adalah wanita yang ada di kondisi itu. 
Wanita yang berusaha menapaki dunia dengan kakinya sendiri.
Wanita yang baru saja memulai menata hidup demi masa depan yang di idam-idamkan.
Dan itu dengan usahanya sendiri, bukan karena status kedua orang tuanya.
Bagaimana jika wanita itu adalah aku?
Wanita yang serba biasa saja.
Dengan kondisi yang hanya berasal dari keluarga sederhana, dan bukan dari kasta tinggi dan kaya.
Orang tuaku tak punya jabatan, dan hanya pegawai berpenghasilan rendah. Sedangkan ibuku hanyalah seorang wanita rumah tangga biasa.
Bagaimana bila wanita itu adalah aku?
Wanita dengan kondisi serba kekurangan..
Wanita yang kurang cantik, dan bahkan bisa di katakan jelek.
Wanita dengan postur tubuh mungil, dan jauh dari kata semampai apalagi ideal.
Wanita dengan gaya yang biasa saja, jauh dari kesan modis dan manis.
Bagimana bila wanita itu adalah aku?
Seseorang penyendiri yang setiap saat merasa ketakutan dengan setiap perkara yang ada.
Mencoba mencerna sesuatu dengan rinci, meskipun kadang tak ku mengerti apa maksud dari rincianku sendiri.
Bagaimana bila wanita itu adalah aku?
Wanita yang pada kenyataanya tak pantas dan tak pernah memantaskan diri untuk siapapun.
Karena mungkin aku takut bila kelak merasa sakit dan terjatuh.
Karena begitu banyak ketakutan yang merasuki fikiran. Karena banyak hal yang mencekam yang membelenggu di hati.
Bagaimana bila wanita itu adalah aku?
Seseorang yang tak di restui kedua orang tuamu karena statusnya yang berbeda dengan kastamu.
Seseorang yang pada dasarnya dianggap tak pantas bersanding denganmu karena tak punya apa-apa.
Apa dayaku jika kini aku adalah wanita yang masih terus berjuang demi diri sendiri dan keluarganya.
Karena beberapa hal yang mendasar. Aku begitu takut bila hal yang wanita itu alami juga terjadi padaku. Karena aku sendiripun juga tak punya apa-apa. Maka karena itupun aku tak ingin berbagi kisah dengan siapapun sejak dahulu. Karena sesuatu yang tinggi perlu perjuangan untuk meraihnya dengan kondisiku yang sebegitu rendahnya ini.
Kelak meskipun itu lama dan sangat jauh. Aku masih mencoba untuk berjalan dan menuju ke tempat yang di sebut bahagia itu. Dimana ketakutanku silih berganti menjadi keindahan. Saat dimana aku merasa bila bersama lebih baik daripada sendiri. Saat dimana ada seseorang yang mampu meyakinkanku untuk membuka pintu tanpa rasa ragu. Seseorang yang mampu membuatku terpacu untuk menjajaki tempat yang semakin tinggi dan tinggi lagi.
Karena bukan maksudku takut tak mampu sejajar. Aku hanya membentengi diri bila kelak sekat itu kembali muncul dan menerobos ruang dan waktu tanpa mampu di hentikan lagi.
Jadi, apakah kau mengerti apa maksud hati wanita yang tak punya apa-apa ini tuan?